JADIKANLAH PERISTIWA KEMATIAN SEBAGAI NASEHAT

 



Saudaraku kaum Muslimin rohimakumulloh...

Bagi Anda yang saat ini masih hidup, perbanyaklah mengingat kematian, dan jadikanlah peristiwa kematian di sekitar kita sebagai suatu NASEHAT atau jadikan dia sebagai IBROH (pelajaran yang berharga) 

Mengapa demikian ?

Ya, hal itu karena beberapa alasan sebagai berikut :


PERTAMA : Bahwa adanya peristiwa kematian di sekitar kita, menunjukkan : kita diperintah untuk mengingat-ingat kematian tersebut !

Dan mengingat kematian itu sendiri, adalah ibadah yang sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam !

Dalam sebuah hadits yang shohih, dari *Abu Huroiroh* rodhiyallohu anhu, Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda :

« أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ ». يَعْنِى الْمَوْتَ.

Perbanyaklah mengingat si pemutus segala kelezatan, yaitu Al-Maut (kematian).”

(HR. *At-Tirmidzi,* dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rohimahulloh dalam kitab Shohih At-Tirmidzi).


KEDUA : Bahwa adanya peristiwa kematian di sekitar kita, juga menunjukkan : bahwa setiap yang bernyawa itu, pasti akan merasakan dan mengalami AL-MAUT (kematian) 

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ (٥٧)

“Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu akan dikembalikan.” (QS Al-Ankabut : 57)

Allah ta’ala juga berfirman :

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ (٣٥)

“Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai suatu fitnah/cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu akan dikembalikan.” (QS Al-Anbiya’ : 35)

Allah ta’ala juga berfirman :

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُور

“Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh dia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS Ali Imron : 185)


KETIGA : Bahwa adanya peristiwa kematian di sekitar kita, juga menunjukkan : kematian itu apabila telah datang, tidak bisa ditunda-tunda barang sesaatpun, dan tidak pula bisa dipercepat 

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

{وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ}

“Tiap-tiap umat mempunyai ajal, maka apabila telah datang waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS. Al A’raf: 34).

Allah subhanahu wa ta'ala juga berfirman :

{وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا} [المنافقون : 11]

“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang ajalnya (waktu kematiannya). Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Munafiqun: 11).


KEEMPAT : Bahwa adanya peristiwa kematian di sekitar kita, juga menunjukkan : kematian itu apabila telah datang, tidak bisa dihindari, walaupun kita lari menjauh darinya, atau bersembunyi di tempat yang kokoh/kuat 

Allah ta’ala berfirman :

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ ...(٧٨)

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, meskipun kamu berada di benteng yang tinggi lagi kokoh......” (QS An-Nisa’: 78)

Allah ta’ala juga berfirman :

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (٨)_“Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Alloh), yang mengetahui perkara yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang dahulu telah kamu kerjakan." (QS Al-Jumu’ah : 8)


KELIMA : Bahwa adanya peristiwa kematian di sekitar kita, juga menunjukkan : bahwa kematian itu tidak ada yang mengetahui kapan datangnya, dan di bumi mana seseorang itu akan mati, dan sebagainya. Intinya, dia datang secara tiba-tiba, dan hanya Alloh ta’ala sajalah yang mengetahuinya 

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

(إِنَّ اللَّهَ عِندَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ ) [لقمان: 34 ]

“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat, dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan Dia yang mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Lukman: 34).


KEENAM : Bahwa dengan banyak mengingat kematian, maka seseorang itu akan menjadi orang mukmin yang paling cerdas (paling berakal).

Sebagaimana ditunjukkan dalam hadits berikut ini :

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما أَنَّهُ قَالَ: كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ: «أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا» قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ: «أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ»

“Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma dia berkata : “Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu datang seorang lelaki dari kaum Anshar mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bertanya: “Wahai Rasulullah, orang beriman manakah yang paling terbaik ?

Beliau menjawab: “Orang yang paling baik akhlaknya”. Orang ini bertanya lagi : “Lalu orang beriman manakah yang paling berakal (cerdas) ?”, Beliau menjawab : “Orang yang paling banyak mengingat kematian, dan yang paling baik persiapannya (bekalnya) setelah kematian nanti. Mereka itulah orang yang paling cerdas (berakal).”

(HR. *Ibnu Majah* dan dishahihkan Syaikh Al-Albani rohimahulloh dalam kitab beliau Shahih Ibnu Majah).

Ya, karena dengan banyak mengingat kematian, maka dia akan menjadi orang yang paling bersemangat untuk mengumpulkan dan menyiapkan bekal, untuk menghadapi hidup sesudah mati, dibandingkan orang-orang yang lalai 

Sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah dalam firman-Nya :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (١٨)

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Alloh Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Hasyr : 18)


Dan sebaik-baik bekal yang kita bawa nanti adalah IMAN dan TAQWA

Sebagaimana yang ditegaskan oleh Alloh ta’ala dalam firman-Nya :

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الألْبَابِ (١٩٧)

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku, wahai orang-orang yang berakal.” (QS Al-Baqoroh : 197)


KETUJUH : Bahwa dengan banyak mengingat kematian, maka hal itu akan bisa  melapangkan dada, dan memberikan dorongan kepadanya untuk lebih bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Alloh 

Sebagaimana hal itu dijelaskan oleh Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam dalam hadits sebagai berikut :  عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “أكثروا ذكر هاذم اللذات: الموت، فإنه لم يذكره في ضيق من العيش إلا وسعه عليه، ولا ذكره في سعة إلا ضيقها”

“Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dia berkata: “Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Perbanyaklah mengingat si pemutus segala kelezatan, yaitu kematian. Karena sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya ketika dalam keadaan mengalami kesempitan hidup, melainkan dia (mengingat kematian itu) akan melapangkannya. Dan tidaklah seseorang mengingatnya ketika dalam keadaan lapang, melainkan dia (mengingat kematian itu) akan menyempitkannya.”

(HR. Ibnu HIbban dan dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani rohimahulloh di dalam kitab Shohih Al-Jami’)


Al-Imam Ad-Daqqaq* rohimahullah (salah satu ulama salaf) berkata :

“من أكثر ذكر الموت أكرم بثلاثة: تعجيل التوبة، وقناعة القلب، ونشاط العبادة، ومن نسى الموت عوجل بثلاثة: تسويف التوبة، وترك الرضا بالكفاف، والتكاسل في العبادة”  تذكرة القرطبي : ص9

“Siapa yang banyak mengingat kematian, maka akan dimuliakan dengan tiga hal : (1) Bersegera taubat, (2) Qona’ah-nya hati (yakni hati merasa ridho dengan pemberian Alloh, biarpun sedikit), (3) dan semangat ibadah.

Dan barangsiapa yang melupakan kematian (yakni tidak mau mengingatnya), maka akan diberikan kepadanya hukuman dengan tiga hal : (1) Menunda-nunda tobat, (2) Tidak ridha dengan keadaan, (3) dan Malas ibadah.”

(lihat :   At-Tadzkiroh fi Ahwalil Mauta wa Umuril Akhiroh, karya Al Qurthuby).


KEDELAPAN : Bahwa dengan banyak mengingat kematian, maka hal itu akan bisa menyadarkan kepada kita semua, bahwa kehidupan kita saat ini, adalah untuk BERAMAL KEBAIKAN, sedangkan kehidupan setelah mati nanti adalah untuk MENDAPATKAN BALASAN 


Sahabat Nabi yang mulia, Ali bin Tholib radhiyallahu ‘anhu pernah berkata :

ارْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً، وَارْتَحَلَتِ الآخِرَةُ مُقْبِلَةً، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُونَ، فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الآخِرَةِ، وَلاَ تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا، فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلاَ حِسَابَ، وَغَدًا حِسَابٌ وَلاَ عَمَلَ.

“Dunia sudah pergi meninggalkan, dan akhirat datang menghampiri, dan setiap dari keduanya (dunia dan akhirat itu) ada anak-anaknya (pengikutnya).

Maka jadilah kalian termasuk anak-anak akhirat (yakni orang-orang yang mendambakan kehidupan akhirat), dan jangan kalian menjadi menjadi anak-anak dunia (yakni orang-orang yang mendambakan dunia).

Karena sesungguhnya hari ini (di dunia), yang ada hanyalah (untuk) beramal (berbuat kebaikan/keburukan), dan tidak ada perhitungan amal (pembalasan amal-amal), sedangkan besok (di akhirat), yang ada hanyalah perhitungan amal, tidak ada (kesempatan untuk) beramal.”

(Dinukil oleh Al-Imam Al-Bukhori dalam shohih-nya).


As-Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin rohimahulloh pernah memberi nasehat :

“Renungkanlah wahai manusia, (sebenarnya) kamu akan dapati dirimu dalam bahaya, karena kematian itu tidak ada batas waktu yang kita ketahui.

Terkadang seseorang itu keluar dari rumahnya dan tidak kembali kepadanya (karena mati), terkadang seseorang itu duduk di atas kursi kantornya dan tidak bisa bangun lagi (karena mati), terkadang seseorang itu tidur di atas kasurnya, akan tetapi dia malah dibawa dari kasurnya ke tempat pemandian mayatnya (karena mati).

Hal ini merupakan sebuah perkara yang mewajibkan kita untuk menggunakan sebaik-baiknya kesempatan umur, dengan tobat kepada Allah Azza wa Jalla.

Dan sudah sepantasnya seseorang  selalu banyak bertobat, kembali kepada Alloh, menghadap kepada Alloh. Sehingga ketika datang ajalnya,  dia dalam sebaik-baiknya keadaan yang diinginkan.”

( Majmu’ Fatawa wa Rasa-il Ibnu Utsaimin, 8/474).


Demikianlah, semoga uraian tersebut di atas menjadi nasehat yang bermanfaat bagi kita semua.

Nas-alulloha At-Taufiq wal Istiqomah ......


Oleh : Akhukum fillah, Abu Abdirrohman Yoyok



Postingan populer dari blog ini

BAGAIMANA CARA HIDUPMU, BEGITULAH CARA MATIMU

UMUR, ANUGERAH YANG BANYAK DIABAIKAN

11 AMALAN BID'AH DI BULAN MUHARRAM

Membaca Al Quran Digital

WAKAF AL QURAN

WAKAF AL QURAN

KALKULATOR WARIS ISLAM

Follower

Visitors Statistic